Minggu

Cerutu

Cerutu dan Hobi Komunitas Kelas Atas

Menghisap cerutu (cigar) bagi kalangan menengah ke atas menjadi hobi yang berujung pada peluang bisnis. Dari kesamaan hobi ini, banyak di antaranya yang sering bertemu, menjadi saling kenal hingga kontak bisnispun berjalan. Bahkan, mereka memiliki komunitas sendiri.

Budi Yuhanto, salah seorang penggemar cerutu, mengungkapkan, sambil menunggu macet selama satu atau dua jam ia mampir ke hotel Sangrilla, Mandarin, atau Churchil. Semuanya di Jakarta. ”Ketemu teman sambil mengobrol,” begitu ungkapnya. Dari situ, akunya, ide-ide sering keluar. Hobi itu telah ia tekuni selama 14 tahun.

Budi, pengusaha bahan kimia ini, mengaku tidak menjadi penggemar fanatik merk cerutu tertentu. Segala macam merk asal Kuba ataupun Eropa ia miliki. Seperti Bolivar, Cohiba, Davidoff, Romeo and Juliet, Monte Cristo dan lainnya. ”Total saya punya 1.500 cerutu,” tuturnya. Seluruh cerutu Budi disimpan di beberapa tempat yang biasa ia datangi untuk menghisap cerutu. Seperti hotel Mandarin, Churchill, ataupun hotel mewah lainnya. Itu dilakukan dengan pertimbangan agar cerutu tersebut dapat dirawat dengan baik. Sebab, tempat-tempat tersebut menjual sekaligus menyediakan tempat penyimpanan cerutu yang memadai.

Untuk memuaskan kesenangannya, Budi tidak segan meyambangi balai lelang Christie di Singapura yang kerap melelang cerutu lama. Ia pernah memperoleh cerutu buatan 1970-an. “Cerutu itu saya hisap hanya pada even tertentu karena mahal,” ungkapnya.

Komunitas

Walaupun berjumlah banyak, terutama di Jakarta, para penggemar cerutu belum memiliki perkumpulan resmi. Mereka hanya kebetulan sering bertemu di tempat penjualan cerutu. Karena tempat penjualan cerutu umumnya menyediakan tempat nyaman, mereka menghisap cerutunya di sana.

Salah satu tempat yang menyediakan sarana tersebut adalah Churchill Cigar House, yang berlokasi di gedung BEJ I kawasan pusat bisnis Sudirman. “Pengelola menyediakan lemari kecil bagi pelanggannya untuk menyimpan cerutu kesayangan mereka. Lemari itu dilengkapi dengan daftar nama para pelanggannya,” kata Gunawan Tenardi, general manager PT.Cigarindo Puros, yang mengelola Churchill Cigar House. Tempat ekslusif ini ada di hotel Borobudur, hotel JW Marriot, dan Bursa Efek Jakarta.

Gunarwan menyediakan berbagai jenis cerutu dari Kuba, Republik Dominika, Honduras, hingga Eropa dengan berbagai merk. Seperti Cohiba, Romeo and Juliet, Monte Cristo, Davidoff, Partagas Salomon, dan lainnya. kebanyakan penghisap menyukai cerutu buatan Kuba sebab sudah terkenal. Harga cerutu cukup bervariasi antara Rp 40 ribu-Rp 600 ribu per-batang. Cerutu juga dijual per-kotak, harganya bisa mencapai jutaan rupiah. tiap kotak berisi 25 -50 batang. Bagi para penghisap cerutu, setiap bulan mereka bisa menghabiskan 3-5 kotak.

Layan Antar

Gunarwan juga memanjakan pelanggannya dengan fasilitas pelayanan antar ke rumah dan itupun tanpa biaya tambahan. Ia melakukan hal ini karena para pelanggannya kalangan super sibuk atau yang disebutnya sebagai high society. Mereka ingin menikmati kegemarannya secepat mungkin tanpa mau diganggu. Apabila harus datang, resikonya terkena macet. Lebih baik, katanya, ia mengirim kurir yang siap mengantar barang pesanan. Ia juga memberikan potongan harga khusus antara 10-20 persen bagi orang yang sudah cukup lama membeli cerutu darinya.

Gunarwan juga menyediakan aksesoris tambahan seperti alat pemotong, pematik api hingga kotak penyimpanan cerutu yang harganya bervariasi antara Rp 6-20 juta tergantung dari kemampuan menyimpan cerutunya. Kotak tersebut didesain khusus agar mampu menyimpan cerutu dalam waktu relatif lama. Cerutu disimpan dalam kotak di ruangan yang bersuhu ideal antara 16-20 derajat celcius dengan alat pendingin. Dalam waktu tertentu cerutu yang disimpan juga harus diperiksa kondisinya agar tidak terkena jamur atau binatang yang dapat merusak daun tembakaunya. Selama cerutu disimpan di tempat yang memadai, aroma dan rasanya tidak akan berubah.