Jumat

Imago School of Modern Advertising

Lahirkan Kreator Profesional Periklanan

Dunia periklanan, semakin berkembang saat ini. Hadirnya media televisi swasta membuat bidang ini marak. Sehingga banyak dibutuhkan tenaga kerja kreatif dalam menggarap bidang ini.


Siang itu, belasan anak muda sedang duduk lesehan serius menghadapi laptop masing-masing. Seorang trainer mondar-mandir di sela-sela mereka. Intruksi yang keluar dari mulut sang intruktur diucapkan dalam bahasa Inggris.

Suasana ini terekam saat AdInfo mendatangi kampus Imago School of Modern Advertising di daerah Dharmawangsa. Sekolah yang khusus membentuk praktisi periklanan ini, mulai beraktifitas sejak pagi hari.

“Begini ini mas suasana kelas kami. Kelihatannya santai, tapi mereka serius belajar dibimbing oleh pengajar yang capable di bidangnya. Kebetulan kelas di atas yang biasa dipakai listriknya lagi mati, jadi mereka terpaksa belajar di lobby,” kata Steven NG, pengelola Imago.

Meski belajar di lobby, nampak jelas keseriusan para siswa. Mereka memelototi layar komputer masing-masing, yang banyak menampilkan gambar dan grafis. Mengikuti saran dan arahan instruktur dalam memodifikasi sebuah proyek periklanan.

Di Imago, lanjut Steven, siswa memang diajarkan untuk dapat berkreasi dan memiliki kemampuan merancang sebuah iklan. Latar belakang produk iklan yang diantaranya terdiri dari brand planning, media research, art direction, media planning copy writing dan lain-lain harus dikuasai dengan baik.

“Pokoknya, yang kita didik disini adalah calon-calon kreator periklanan. Kalau diibaratkan perusahaan konveksi, yang kita lahirkan ini adalah desainernya, bukan tukang jahitnya,” lanjutnya.

Kemampuan ini, lanjut dia, membuat mereka memiliki sensitifitas untuk membuat sebuah produk yang tidak dikenal menjadi trend. Hal ini tentu menuntut kreativitas lebih besar dari para pelaku dan pemain yang berkecimpung dalam dunia periklanan. Disinilah perlunya pendidikan periklanan yang memadai.

Untuk mengejar itu, jelas dia, siswa di Imago School of Modern Advertising sejak hari pertama belajar langsung diberikan materi yang berhubungan dengan dunia periklanan. Ini tentu berbeda dengan pendidikan di universitas yang baru memberikan materi ini setelah mahasiswa memasuki semester 5 atau 7.

Berbeda dengan profesi lain, dalam dunia periklanan, gelar tidak terlalu penting. Karena dunia ini lebih menuntut kreatifitas, portofolio, skill dan kemampuan. Sehingga para pelaku dunia ini harus mendapatkan pendidikan yang mengarah pada kemampuan, yang dapat dilatih melalui praktek.

“Di Imago, mata kuliah lebih praktikal, mata kuliah umum yang dianggap tidak perlu tidak diberikan. Sehingga langsung to the point pada permasalahan, sementara yang umum-umum bisa dipelajari sendiri sambil jalan,” katanya panjang lebar.

Pengajar Praktisi Periklanan

Pengajar di Imago School of Modern Advertising sebagian besar adalah praktisi periklanan aktif, yang malang melintang di dunia advertising. Mereka meluangkan waktu berbagi ilmu dengan mendidik bakat-bakat muda dalam bidang ini. “Semua pengajar Imago adalah praktisi periklanan nasional, beruntung kami dapat membujuk mereka untuk menularkan ilmunya di sini,” ujarnya.

Karena berasal dari praktisi, lanjut dia, para pengajar ini tidak terlalu formal dalam penampilan, tetapi sangat professional dalam pekerjaan. “Tidak heran, apabila mengajar mereka hanya mengenakan celan pendek dan laptop langsung mengajar. Sama siswa juga sangat dekat, tanpa jarak,” kisahnya.

Imago School of Modern Advertising sendiri merupakan pendidikan non gelar selama dua tahun dalam bidang periklanan. Siswa yang berminat untuk memperoleh gelar dapat menempuh Advance Bachelor selama satu tahun di Singapura.

Krishna Budi Raharja mengatakan...

How much its cost to join it ??

S1 ato D1/D3 ??

akreditasnya gmn ?

trima transferan mahasiswa dari Univ laen ga ?

Aulya Yarzuki mengatakan...

D3 Tara Budiman pernah kuliah di Imago katanya