Sabtu

Kolom Fokus

Dan Hari Kemenangan Itu Tiba

Hari Raya Idul Fitri/ Lebaran adalah merupakan klimaks dari serentetan rangkaian ibadah yang ditunaikan sebulan penuh di bulan yang penuh magfirah, bulan suci ramadhan.

Ibadah puasa, shalat malam/tarawih, tadarrus Al-Qur’an, sadaqah, zakat, infaq dan ibadah lainnya, menghantarkan jiwa/qalbu dalam kondisi yang fitri. Menghancurkan belenggu yang selama ini menghalangi pancaran cahaya Ilahi (God Spot) yang bersemayam di sanubari. Beruntunglah siapa yang mensucikannya dan merugilah siapa yang mengotorinya.

Setelah berpuasa sebulan penuh, maka hari yang dinanti-nanti pun tiba yaitu lebaran. Suasana ketika itu penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan yang ditandai dengan setiap orang yang berbondong-bondong memadati masji-masjid dan tanah lapang untuk melaksanakan sholat Ied.

Selain itu tradisi yang selalu kita temui adalah tradisi mengunjungi sanak keluarga baik yang dimulai dari yang tertua yaitu nenek, uwak, om, dan tante dan terus berurut hingga ke saudara-saudara jauh.

Di hari Lebaran pula, ummat Islam saling memaafkan antara yang satu dengan yang lainnya. Transaksi minta maaf dan memaafkan membuktikan ketundukan ego dan manifestasi rasa kasih sayang kita kepada sesama manusia.

Suasana yang harmonis itu pun terlihat jelas pada hari itu, setelah saling bermaaf-maafan canda dan tawapun kembali mengisi suasana saat itu. sebuah tradisi yang selalu dilaksanakan oleh umat muslim di seluruh penjuruh dunia pada setiap Lebaran tiba.

Di hari nan suci, Lebaran, pekik takbir menggelegar di seantero jagad raya ini. Di perkotaan sampai pelosok pedesaan, di masjid-masjid, lorong-lorong, orang kaya dan orang miskin, baik yang muda maupun yang tua, wanita laki-laki, semuanya mengumandangkan tasbih dan takbir, memuja kebesaran Allah SWT. Alam semesta pun menjadi saksi, menyambut hari kemenangan ummat islam. Sungguh hari yang amat mulia.

Lengkap sudah kebahagian ummat islam, dengan rahmat-Nya, menjadikan hambanya menjadi manusia paripurna, insan kamil. Ibadah Ramadhan, merupakan ujian raga dan bathiniyah bagi ummat Islam untuk melawan hawa nafsu dan godaan setan terkutuk. Dan Lebaran merupakan wujud kemenangan dan kebebasan setelah sebulan penuh bergelut melawan “hawa nafsu syaitaniyah”.

Sebagai sebuah tradisi Lebaran yang dilakukan umat Islam Indonesia, sesungguhnya dibangun dalam sebuah metodologi. ''Sesuatu yang ditetapkan atas sebuah tradisi nilainya sama dengan ketetapan nash.'' Artinya, pada saat Lebaran jika kita tidak bersilaturahmi kepada orang tua, kerabat, dan sanak saudara, dalam pandangan Alquran termasuk kategori orang yang berhati keras dan membatu. Karena pesan Nabi, yang disebut qothi atau pemutus hubungan silaturahmi adalah orang yang enggan beranjangsih atau bersilahtirahmi.

Islam telah menggariskan ketentuan jika seseorang hendak meminta maaf kepada orang lain. Diantaranya: ikhlas, sadar atau tahu apa kesalahannya, berikrar dalam hati untuk tidak mengulanginya, serta syarat dan ketentuan lainnya.

Bulan ramadhan yang telah dilalui dengan susah payah, penuh pengorbanan dan menguras banyak energi, pada dasarnya tidak akan bermakna jika semuanya kita jalani hanya sekedar rutinitas saja, atau sekedar menggugurkan kewajiban.

Tapi Ironisnya, Lebaran berlalu, tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam diri kita. Kesalahan yang sama masih terulang, kebiasan lama masih berlanjut, Tidak ada yang berubah, kita masih berbuat dosa yang sama kepada orang lain.

Dibutuhkan pemaknaan terhadap pengalaman spiritual yang telah lalui. Karena pada dasarnya realitas tidak memiliki makna atau nilai, manusia lah yang memberikan makna kepada setiap realitas yang ada.