Kamis

Liputan Usaha Studio Foto dan Kursus Fotografi


Bisnis Manis Kilauan Blitz

Teknologi pencetakan foto sekarang ini berubah total dan menjadi lebih menarik dibanding sebelumnya. Kecepatan mencetak meningkat secara dramatis dan pada saat yang bersamaan kualitas image yang dihasilkan pun menjadi semakin baik

Tinta pun menjadi lebih cerdas dan tahan lama dengan penjejakan yang semakin kecil dan rapat dalam berbagai ukuran dan juga diwarnai dengan pilihan kertas foto yang variatif dalam ukuran maupun jenis kertas foto yang ingin digunakan. Pun pencetakan image digital sekarang ini tidak hanya datang dari kamera digital yang menjadi fenomena meninggalkan fotografi tradisional.
Memang, dunia fotografi saat ini betul-betul mengalami perubahan yang drastis. Masa-masa dimana mengisi gulungan plastik dengan campuran bahan-bahan kimia di belakang sebuah kamera sudah bukan jamannya lagi. Kejenuhan menunggu proses film di lab yang berjam-jam pun segera berakhir dengan munculnya lab digital di bidang fotografi.
Lalu bagaimana dengan penyedia jasa studio foto yang ada di komunitas kita? Rupanya, semua telah lama menggunakannya. Walau prinsif kerja lab digital sama, namun setiap studio foto mempunyai standar tersendiri untuk hasilnya. Maklum saja semua mengklaim bahwa foto yang dicetaknya adalah yang terartistik. Subyektif memang, ya, itulah seni sulit diterima akal sehat.

Sejarah Fotografi
Jika kita membicarakan teknologi fotografi, secara umum fotografi baru dikenal manusia sekitar 150 tahun lalu. Namun sejarah mencatat bahwa fotografi sudah ada sejak sebelum Masehi, yaitu jauh ribuan tahun yang lalu.

Dalam buku ”The History of Photography” karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991 disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi.

Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang booming, menggiring peradaban manusia itu sendiri.

Tahun 1839 merupakan tahun bersejarah bagi dunia fotografi. Mengigat pada tahun tersebut, dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, telah ditemukan terobosan teknologi di bidang fotografi di Perancis. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat gambar yang permanen.

Sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik, teknologi fotografi ini menampakkan kemajuan yang amat pesat. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar gambar tangan. Kemudian, ditemukankah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto ditampilkan ke dalam surat kabar.

Banyak cabang kemajuan teknologi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwind Land, umpamanya, sudah pasti mulai ditinggalkan. Karena saat ini foto digital juga semakin mudah didapatkan, dan gambarnya nyaris langsung jadi. Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.

Pola pertumbuhan menuju ke arah digitalisasi mulai terlihat jelas sejak ditemukannya semi-konduktor dan logika flip-flop. Sejak itulah, perlahan tapi pasti mulai dikembangkan mesin hitung elektronik, jam digital dan komputer.

Bukan itu saja, bahkan dari dunia telekomunikasi melahirkan teknologi coding dan decoding gelombang analog yang menghasilkan gelombang digital. Yang mana hal ini jelas terlihat dari pemakaian digital-teleks, faksimili, televisi, telepon genggam dan lain sebagainya.

Kini, perpaduan antara gelombang digital dan teknologi komputer, telah melahirkan turunan-turunan yang tidak kecil manfaatnya di era industrialisasi dan juga globalisasi. Telepon genggam dan email merupakam sebagian contoh dari kemajuan teknologi ini.

Pertumbuhan teknologi berkembang demikian pesat. Jikalau di masa lalu dapat dikatakan sebagau era komputerisasi, maka di masa mendatang, lebih tepat jikalau dikatakan sebagai era digitalisasi. Didasari dengan perkembangan teknologi yang juga diikuti oleh pola berfikir dan tradisi masyarakat yang semakin maju.

Sejak dihadirkannya kamera digital yang pertama, banyak fotografer profesional yang memberikan tanggapan negatif, ini tentu saja disebabkan oleh hasil dan keterbatasan teknologi pada masa itu. Namun demikian pada umumnya mereka sangat menaruh harap akan kamera digital yang canggih.

Seorang fotografer profesional lulusan dari perguruan tinggi fine arts and photography, Melbourne, Australia, bernama Genarld Gay, berkeyakinan kuat bahwa kamera digital dapat menggantikan kamera konvensional, dan hal ini dibuktikan melalui karya-karyanya yang digelar dalam buku MOROCCO, terbitan TTL production, dimana karya-karyanya dibuat dengan kamera digital.

Pre-Wedding
Dari hasil penelusuran AdInfo di lapangan, penyedia jasa fotografi di komunitas kita adalah studio photo papan atas, punya nama, dan mempunyai spesialisasi tertentu. Spesialisasi foto pre-wedding adalah trade-mark 3 studio foto dalam fokus kita kali ini.

Ketiga studio foto tersebut: Art Photo, Portraits Image, dan Kingfoto. Mereka mempunyai bidikan pasar yang sama, yaitu pasangan pengantin yang ingin mengabadikan momen-momen spesial sekali dalam seumur hidup. Para pelaku bisnis studio foto coba membaca dan menangkap peluang itu. Lewat bidikan fotografer profesionalnya, hasil foto wedding tersebut bisa mendulang uang jutaan bahkan puluhan rupiah untuk satu kali order yang diterima. Fantastis bukan.

Sebut saja Art Photo. Untuk satu kali order memotret saja mampu meraup keuntungan 7 jutaan. Keuntungan segitu bisa didapatkan Art Photo 3-4 kali dalam sebulan. Tapi tidak tiap bulan, hanya bulan-bulan tertentu yang ramai pernikahan saja.

Berbeda dengan Potraits Image. Studio foto di bilangan jalan Tirtayasa ini tarif yang ditawarkan lebih dahsyat lagi, berkisar 1,5 juta-50 juta. Tarif itu masih wajar dalam artian range-nya masih masuk untuk masyarakat kalangan kelas menengah-atas Jakarta. Tentunya berkategori mapan bukan pas-pasan.

Sementara itu Jonas Photo yang identik dengan foto pose coba bermain di level menengah dengan membidik konsumen dari kalangan anak-anak, remaja, dan keluarga. Walaupun ada order selain foto pose, kuantitasnya tidak sebanyak foto pose. Makanya Jonas dikenal sebagai spesialis poto pose.

Berbeda dengan King Foto, perusahaan jasa fotografi ini menawarkan multibrands dan meliputi banyak cakupan jasa fotografi antaranya, Bridal Image, Lifestyle, Leonardi Portraiture, Gloss dan dgra.

Kesimpulannya bahwa keempat studio foto pada edisi kali ini memenuhi keinginan masyarakat modern lifestyle saat ini agar dapat memiliki image foto yang in-fashion dan stylist yang menggabungkan antara teknologi tinggi dengan sentuhan seni yang artistik dan unexpected.

Kursus Fotografi
Selain 4 studio foto di atas, 1 tempat kursus fotografi juga menarik untuk diulas. Sebut saja Darwis Triadi School of Photography banyak diminati fotografer pemula guna mengasah kemampuan di bidang fotografi.

Menurut Manager Operasional Darwis Triadi School of Photography (DTSP) Jakarta Ziska Yusdiana, asal tahu saja hobi fotografer terbilang mahal. Makanya di sini minat menjadi penting, karena tanpa minat maka seseorang tidak akan dapat mendalami bidang ini.

Karena bidang ini merupakan bidang yang tergolong menuntut kocek tebal. Untuk peralatan saja, seperti kamera, lampu kilat, lensa dan sebagainya, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi untuk proses produksi. Karena itu, minat merupakan syarat utama untuk mendalami bidang ini.

Setelah minat, syarat lainnya adalah jam terbang. Artinya, harus banyak memotret. Karena, jelas Ziska, di lapangan selalu saja ada masalah baru yang menuntut pemecahan yang berbeda. Meskipun sudah menguasai teori sepenuhnya.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan fotografinya, Ziska juga menganjurkan untuk melakukan eksplorasi-eksplorasi sendiri. Baik dari segi teknik pemotretan, produksi hingga jenis objek. Sehingga dapat menemukan ide atau hasil-hasil baru yang dapat memperkaya pengalaman dan juga dunia fotografi pada umumnya.