Jumat

Bisnis Musiman Untung Lumayan

Jual Hewan Qurban, Pohon Natal dan Terompet

Banyak bidang bisnis yang menjanjikan keuntungan besar. Tetapi, siapa sangka bisnis musiman menghasilkan untung lumayan?

Pada bulan Desember 2007 lalu, ada tiga bisnis musiman yang mengalirkan perputaran uang hampir tiada batas. Pertama adalah usaha penjualan hewan kurban, karena kebetulan pada tanggal 20 Desember adalah hari raya Idul Adha. Hari raya ini sangat istimewa bagi umat Islam, selain pergi haji, ibadah lain adalah menyembelih hewan kurban.
Nah, dengan hampir delapan puluh persen umat Islam di Indonesia, dapat dibayangkan berapa kebutuhan hewan kurban setiap hari raya Idul Adha. Dengan menyediakan hewan untuk disembelih saat hari raya ini, keuntungan yang didapat pegusaha cukup menjanjikan. Adapun hewan-hewan yang dipergunakan untuk kurban adalah sapi, kerbau, kambing dan domba.
“Setiap tahun, kebutuhan terhadap hewan kurban selalu meningkat. Nggak tahu kenapa, tetapi permintaan masyarakat Jakarta terhadap hewan-hewan yang kami jual untuk qurban ini terus bertambah,” kata Bapak Jainal, pemasok hewan kurban di Arteri Pondok Indah.
Banyaknya permintaan, lanjut dia, juga berimbas pada keuntungan yang didapat. Ini tentu saja sesuai dengan mekanisme hukum pasar, yang menggariskan semakin besar permintaan semakin mahal harga yang ditawarkan. Dari setiap hewan, keuntungan bersih berkisar antara 30 – 40 persen.
Hanya saja, kata dia, diperlukan modal besar untuk melakukan usaha ini. Selain harga hewan yang terhitung mahal, banyak biaya lain yang harus diperhitungkan. Seperti biaya angkut, sewa lahan, makanan hewan dan juga makanan bagi penjualnya sendiri. “Belum rokoknya,” ujarnya.
Meskipun begitu, bayangan keuntungan besar setiap bulan haji, membuat laki-laki asli Tegal ini setiap tahun datang memasok hewan kurban bagi masyarakat Jakarta. Hewan-hewan dagangannya, selain dijual langsung juga banyak menerima pesanan dari masjid-masjid, perusahaan dan sekolah.
Usaha musiman kedua adalah menjual pernak-pernik Natal. Seperti pohon natal hidup maupun imitasi, baju Sinterklas, lampion dan hiasan-hiasan untuk keperluan itu, sampai kue-kue kering. “Lumayanlah, setiap Natal keuntungan selalu meningkat,” kata Anton, pedagang pohon Natal di Dharmawangsa.
Peningkatan pembelian pohon Natal, kata dia, biasanya terjadi karena menurut perhitungan lebih murah membeli pohon hidup daripada pohon imitasi. Karena dengan membeli pohon hidup, menurut Anton, hanya memerlukan uang dibawah Rp 1 juta. “Lha kalau beli pohon imitasi di mal, bisa jutaan,” lanjutnya.
Kebutuhan pohon Natal, biasanya akan diikuti dengan pembelian bunga-bunga lainnya sebagai hadiah. Ini juga yang rupanya ikut mendongkrak peningkatan penjualan pedagang yang –selain pohon Natal- juga menjual bermacam-macam bunga. Sehingga keuntungan berkisar antara 20 – 30 % setiap Natal.
Usaha musiman ketiga yang juga memberikan keuntungan lumayan adalah penjualan terompet untuk menyambut tahun baru. Dari pengamatan AdInfo, pedagang terompet sudah mulai menggelar dagangannya mulai pertengahan Desember lalu. Pada beberapa lokasi, banyak kreasi bentuk terompet yang dijajakan pedagang.
“Kalau tidak ada variasi bentuk terompet, kita susah untuk menjual terompet-terompet ini. Soalnya selalu ada bentuk-bentuk terompet yang aneh, apalagi banyak pedagang baru,” kata Supriyatna, pedagang terompet di Pondok Indah.
Supriyatna berharap, untuk tahun baru 2008 ini, dia memperoleh keuntungan yang lumayan. Karena beberapa tahun terakhir penjualan menurun akibat hujan yang tidak berhenti selama pergantian tahun. Sehingga keuntungan yang didapat sangat kecil, meski secara prosentase bisa mencapai 50%. Ini juga berhubungan dengan harga terompet yang ditawarkan relatif murah, mulai Rp 5 ribu saja.
Begitulah, bisnis musiman di akhir tahun 2007 cukup menorehkan keuntungan yang signifikan. Tinggal pandai-pandai dalam memilih usaha yang ingin dilakukan dan ketekunan dalam menjalankan usaha, selebihnya adalah berdoa….