Pendekatan adalah salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan. Pendekatan yang baik, membuat usaha yang dilakukan menuai hasil sesuai harapan.
Pendekatan yang baik inilah yang membawa lembaga pendidikan Intensive English Course (IEC) berkembang selama hampir 40 tahun. Dengan memiliki cabang sebanyak 70 cabang di seluruh Indonesia, reputasi IEC tidak usah diragukan lagi.
“IEC berdiri sejak tahun 1968 dan mendapat sambutan yang menggembirakan dari masyarakat Indonesia, terbukti dengan 70 cabang di seluruh negeri kita ini. Untuk IEC Fatmawati saja, kita sudah ada sejak tahun 1986, 21 tahun,” kata Daud Banureah, Kepala Cabang IEC Fatmawati di kantornya.
Kemampuan untuk berkembang itu, tandas dia, tidak terlepas dari metode pendekatan dalam pengajaran yang dilakukan oleh IEC terhadap anak didiknya. Sebagai lembaga kursus bahasa asing, IEC memiliki metode yang sangat terkenal yakni Personal Approuch. Dengan metode ini, siswa diperkenalkan dengan pattern-pattern bahasa yang membuat siswa terbiasa dan menjadi percaya diri dalam berkomunikasi. Hasilnya, apa yang dipelajari siswa dapat “keluar” saat dipergunakan untuk komunikasi.
Seperti kalimat “I want to go the movie”, pattern seperti ini bisa diterapkan menjadi berbagai macam. Tetapi akan membutuhkan waktu lama untuk berpikir apabila tidak tertanam dengan kuat dalam pikiran siswa. “Kalau sudah nancep, pattern seperti itu bisa langsung keluar,” jelasnya.
Menyesuaikan dengan tuntutan jaman, IEC terus mengembangkan diri. Berbagai seminar, workshop serta pelatihan-perlatihan terus diikuti oleh para pengajarnya untuk meningkatkan kualitas. Dari segi pendekatan, IEC kemudian mengembangkan approach yang lebih mutakhir. Yakni dengan Communicative Approach atau dijabarkan dalam Communicative Langguage Approach, intinya dalam setiap komunikasi yang dilakukan harus memiliki arti.
Dengan metode ini, setiap siswa didik dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan memahami sepenuhnya arti percakapan yang dilakukan. Sehingga pelajaran dalam bahasa Indonesia seperti ‘ini budi’ tidak berlaku, yang ada adalah ‘Siapa nama kamu’ (What’s your name) dan lain-lain. “Disini lebih ditekankan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, bukan percakapan kosong Komunikasi dilakukan karena kebutuhan dan harus memiliki arti,” katanya.
Multimedia
Mengikuti perkembangan jaman, IEC dalam menyelenggarakan kursus bahasa Inggris memanfaatkan teknologi modern. Dengan menambah sarana pendidikan bersentuhan teknologi canggih seperti komputer, proyektor dan internet. “Kalau hanya lab bahasa itu kan sudah jaman dulu banget, standarlah. Bahkan kita internet disediakan secara gratis, hotspot, yang bisa diakses oleh siapa saja,” jelas dia.
Penggunaan multimedia sebagai alat bantu belajar, membuat siswa terpacu untuk belajar lebih keras. Karena tidak saja di tempat kursus, di sekolah kegiatan ini merupakan menu wajib siswa. Sehingga siswa dituntut untuk lebih interaktif, komunikatif dan kreatif dalam belajar.
Untuk membuat siswa semakin ‘berani’ dalam mengeluarkan kemampuan bahasa Inggrisnya, IEC membuat terobosan baru. Dimana para siswa dituntut untuk tampil di depan, dengan melakukan tugas pidato (speech), presentasi (presentation) dan bercerita (telling story). “Dengan tampil ke depan itu akan memberikan life skill yang berbeda,” katanya.
IEC menyelenggarakan kursus bahasa Inggris dari tingkat umum (general English), Bahasa Inggris untuk anak (English for Children) sampai kepada kebutuhan untuk sekolah ke luar negeri (TOEFL) dan standar kerja (TOEIC). Juga bahasa Inggris untuk kebutuhan-kebutuhan khusus (English for Spesific Purpose), seperti sekretaris, bank, hotel dan turisme dan lain-lain.
“Pada saat liburan kita juga mengadakan holiday program dan home stay dengan tujuan negara-negara tertentu seperti Singapura dan Australia. Tentu saja ini tidak untuk berwisata saja, tetapi untuk melatih kemampuan bahasa Inggris langsung kepada para penggunanya,” ujarnya menutup pembicaraan.
Sabtu
Kedepankan Communicative Approuch
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot