Eksistensi Budaya Betawi
Cipete Vaganza berisi aset-aset berharga kekeyaan budaya Betawi. Namun, perlu ada regenerasi sebagai pengganti mereka yang telah sepuh
Pada Sabtu-Minggu (26-27/Juli) lalu, Ruas Jalan Cipete Raya sepanjang lebih-kurang 825 meter, terbentang dari pertigaan D’Best Fatmawati hingga perempatan Pasar Inpres Cipete, Jakarta Selatan, mendadak meriah karena digelarnya Cipete Vaganza 2008, bertema "Djakarta Tempo Doeloe, Jakarta Kini” secara resmi dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dengan ditandai pemukulan gong dan penandatanganan prasasti.
Kehadiran Fauzi Bowo disambut hangat warga yang menunggu kedatangannya. Keceriaan dan senyum bahagia tampak dari raut wajah ibu-ibu dan anak-anak yang berusaha menyalami Fauzi Bowo. “Saya sebagai warga Cipete Selatan merasa bangga atas kedatangan DKI-1 yang meresmikan Cipete Vaganza 2008 ini. Mengenai kedatangan Foke sedikit telat itu saya maklumi,” aku Yoan bangga.
Turut mendampingi Gubernur Fauzi Bowo antara lain Sekdaprov DKI Jakarta Muhayat, Walikota Jakarta Selatan Syahrul Effendi, Muspida Se-Kecamatan Cilandak, Ketua Penyelenggara Cipete Vaganza H. Abdul Syakur, Ketua DPD Forkabi Jakarta Selatan Abdul Ghoni, serta para pejabat penting lainnya dan para duta besar negara-negara sahabat.
Sebelum memasuki panggung utama, Gubernur beserta rombongan mengikuti atraksi palang pintu sebagai persyaratan awal diperkenankan ikut serta dalam meramaikan acara tersebut. Pertunjukan pencak silat dan pantun bersambut oleh seniman-seniman lokal mewarnai atraksi tersebut. Atraksi terus berlanjut dengan tarian selamat datang ala Betawi bagi rombongan gubernur dan para undangan yang telah dipersilahkan duduk terlebih dahulu.
Fauzi Bowo biasa di sapa Foke ini dalam kata sambutannya mengatakan, dengan digelarnya Cipete Vaganza 2008 saya berharap generasi muda Betawi selalu ingat akan akar kebudayaanya terutama kekayaan seni musik dan tari tradisional bahkan kulinernya. “Contohnya, kerak telor jangan cuma ada pas gelaran besar seperti ini saja, saya harap hari-hari biasa pun kita bisa menikmatinya,” pesan Foke.
Senada dengan Foke, Ketua Penyelenggara Cipete Vaganza H. Abdul Syakur, mengatakan di tengah era-globalisasi, mempertahankan tradisi budaya bukan pekerjaan mudah. Kalangan muda sebagai generasi penerus budaya perlu diingatkan terus akan kekayaan nilai dalam tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun tersebut. Untuk itulah sebagian warga Jakarta berinisiatif menggelar sebuah festival budaya Betawi, yakni Cipete Vaganza 2008.
Aset Berharga
Berbagai macam acara yang digelar selama dua hari pelaksanaan Cipete Vaganza 2008 antara lain mementaskan pertunjukan budaya Betawi: Gendang Pencak, Palang Pintu, Tari Topeng, Ketimpring, Gambang Kromong, Tanjidor, kuda ronggeng, ondel-ondel, tari jali-jali, atraksi silat betawi, robana biang, marawis, kuliner Betawi, dan lain-lain. Sebagai selingan pengunjung dapat pula mengikuti turnamen futsal dan festival layang layang.
Aneka kuliner ala Betawi pun mempunyai daya tarik tersendiri. Para pengunjung dapat pula menikmati jajajan khas Betawi seperti seperti mie kocok, sotomie betawi, kerak telor, toge goreng sampai makanan asing. Tidak ketinggalan penganan khas Betawi lainnya seperti kue cubit kelomoh, kue pancong berorot, kue ape monto, dan kue rangi congkel.
Selain Tanjidor dan robana biang yang beraksi tanpa henti-henti. Sontak para pengunjung menikmati alunan suara musik tradisional khas Betawi yang jarang mereka dengar. Sesekali para pemain tanjidor dan gendang pencak mengajak pengunjung berjoget bersama. Pengunjung pun dapat merasakan suasana Jakarta tempo dulu dengan berdelman ria menyusuri arena pameran yang membentang di sepanjang Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan.
David Wright ekspatriat asal Inggris yang beristrikan wanita Indonesia ini misalnya, dengan logat Indonesia terbatah-batah ia berkata, saya sungguh senang acara seperti ini. Saya bisa melihat kesenian tradisional Betawi yang dibawakan oleh seniman-seniman Betawi. Namun sayangnya saya tidak melihat generasi muda yang memainkannya.
Masih di sebagian ruas Jakarta Tempo Dulu, terlihat puluhan sepeda Onthel tua merek Hartog buatan Belanda tahun 1923 dan Simplex buatan Inggris keluaran tahun 1927 berjajar rapi dengan pengendara bertopi meneer layaknya tentara Belanda tempo dulu.
Bahkan terlihat seorang pedagang menjajakan pernak-pernik berbau almarhum H.Benyamin Suaib. Seperti, Gantungan kunci, kaus bergambar Benyamin S, poster, hingga VCD yang berisi lagu-lagu. Pernak-pernik artis legendaris kelahiran Jakarta 1939 tersebut laris manis bak kacang goreng.
Lain dengan Jakarta kini, terdiri dari stan-stan yang menjajakan berbagai macam produk makanan dan barang. Barang-barang yang terlihat diantaranya, VCD, kaos, mainan, buku anak-anak, pakaian, sepatu, dan lain-lain.
Mirip Pasar Murah
Digelarnya Cipete Vaganza 2008 adalah dalam rangka pelestarian kebudayaan Betawi, diajang ini para pengunjung memang dapat menikmati beragam pertunjukan seni yang mencitrakan tradisi Betawi.
Berbeda dengan Rudi warga Kemang, ia mengatakan ajang ini lebih mirip sebuah pasar murah ketimbang ajang seni kebudayaan. Buktinya hampir sebagian besar ruas jalan Cipete Raya di isi stan-stan. Kekayaan kebudayaan Betawi yang menjadi “roh” gelaran ini semestinya lebih banyak ditampilkan. Namun yang saya saksikan masih dalam hitungan jari.
Semua makanan khas betawi juga ada di tempat ini. Sayangnya, sejumlah pengunjung mengaku kurang merasakan aroma ke-Betawi-an yang kental pada ajang ini. Dari ratusan stan yang ada misalnya, sekitar 80% nya diisi produk-produk yang jauh dari unsur Betawi.
Menanggapi hal ini, Ketua DPD Forkabi Jakarta Selatan Abdul Ghoni mengaku kritikan ini sebagai masukan yang berguna buat kami untuk penyelenggaraan Cipete Vaganza mendatang. Namun ia mengaku puas karena antusisme masyarakat begitu besar.
Selama dua hari penyelenggaraan Cipete Vaganza 2008 cukup mendapat antusiasme pengunjung yang menyaksikan langsung gelaran ini. Mereka yang datang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari warga kampung sekitar, warga perumahan, sampai orang asing berbaur menjadi satu, seperti tak ada jarak antara mereka. Jumlah pengunjung diperkirakan lebih kurang 5000-an orang.
Bukan hanya dari Jakarta, sebagian pengunjung rela jauh-jauh datang dari luar kota, seperti Bogor, Tangerang dan Bekasi hanya untuk melihat keunikan tradisi asli Betawi dan sekedar menghabiskan akhir pekan di tempat yang murah meriah.
Selasa
Cipete Vaganza 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot