Selasa

Festival Palang Pintu II

Mengembalikan Eksistensi Budaya Betawi

Penduduk asli Jakarta adalah etnis Betawi. Namun, keberadaan mereka semakin lama semakin terpinggirkan. Lemahnya daya saing yang mereka miliki membuat etnis ini, tidak mampu berbuat banyak di tengah kerasnya kehidupan ibukota

Akibatnya, perlahan namun pasti kehidupan etnis Betawi semakin memprihatinkan. Daya saing yang rendah, membuat sebagian besar pemuda Betawi bekerja di sektor informal. Sehingga orang-orang Betawi mendapat cap miring sebagai preman kampung.

Belum lagi ‘hobi’ mereka untuk menikah lebih dari satu istri, yang juga sangat membudaya. Padahal untuk membiayai kehidupan mereka lebih banyak menjual warisan nenek moyang berupa tanah atau rumah. Hingga lambat laun, tanah habis rumah terjual dan terpaksa hidup dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.

Terkait dengan perkawinan, Betawi memiliki budaya unik. Yakni saat upacara pernikahan berlangsung, yang dinamakan dengan Palang Pintu. Yakni pihak pengantin pria saat datang ke rumah pengantin pria bersama para pemantun (orang yang pandai bermain pantun) dan jawara (jagoan silat).

“Palang Pintu merupakan tradisi Betawi dimana sebelum menikah, pihak pengantin pria akan datang ke rumah pengantin wanita bersama para pemantun dan jawara silat. Proses interaksi antara pihak pengantin pria dan wanita itulah yang dinamakan Palang Pintu,” kata Ketua Panitia Festival, Abdul Syakur.

Saat pertemuan itulah, pemantun dan jawara silat dari kedua belah pihak saling ‘beradu’ kepandaian. Pemantun akan berbalas pantun dan jawara silat mengadu kekuatan otot, kehandalan jurus yang dimiliki. Biasanya, pihak pengantin pria akan memenangkan pertarungan ini dan dipersilahkan masuk bersama rombongan yang dibawa.

Menurut Abdul Syakur, festival Palang Pintu yang diselenggarakan oleh Forum Anak Betawi (Forkabi) Kemang untuk kedua kalinya ini, bertujuan untuk memajukan budaya Betawi. Karena disadari, semakin lama budaya Betawi semakin ditinggalkan.
“Kami anak muda Betawi, khususnya Kemang merasa berkewajiban untuk memajukan budaya Betawi, salah satunya dengan membuat acara yang bisa mengumpulkan masyarakat dan menampilkan budaya Betawi itu sendiri,” katanya.

Dalam Festival ini juga dipentaskan kesenian-kesenian Betawi, seperti karnaval ondel-ondel dan pementasan dari Padepokan Manggar Kelapa. Festival Palang Pintu II diikuti sebanyak 10 peserta dari berbagai wilayah di Jakarta. Selain itu, Festival juga dimeriahkan oleh bazaar sebanyak 500 peserta yang menjual berbagai macam jenis pakaian dengan harga miring, beraneka jenis makanan, aksesoris dan lain-lain.

Dibuka Gubernur

Acara yang berlangsung selama dua hari (22 – 23 Desember) itu, dibuka langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau yang dikenal di kalangan Betawi sebagai ‘Bang Kumis’. Dalam sambutannya, Bang Kumis menyatakan harapannya untuk menjadikan budaya lokal sebagai ‘tuan rumah di negeri sendiri’.

“Jakarta sebagai Ibukota Negara telah tumbuh menjadi kota metropolitan. Namun di tengah arus modernisasi itu, budaya kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya, sesaat sebelum memukul rebana sebagai tanda dibukanya acara tersebut.

Bang Kumis sebagai putra Betawi, menyatakan kegembiraannya atas terselenggaranya Festival ini. Tidak lupa, dirinya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh para pengendara yang harus rela bermacet-macet dan memutar arah karena penyelenggaraan acara ini. “Saya juga meminta maaf dan pengertiannya kepada para pengusaha restoran sekitar sini yang selama dua hari ini akan berkurang pendapatannya,” katanya disambut applaus meriah dari hadirin.