Rabu

Al Ikhlas

Belajar Dengan Sistem Area

Berbeda dengan anak usia sekolah, pada usia pra sekolah anak-anak juga belajar dengan cara yang berbeda. Selain dari segi waktu yang relatif lebih singkat, anak-anak pra sekolah mendapatkan materi yang berbeda.
Anak-anak pra sekolah yang sedang belajar pada sekolah taman kanak-kanak, harus mendapatkan perlakuan yang berbeda. Meskipun namanya sekolah, tetapi taman kanak-kanak tetap merupakan ’taman’ tempat bermain anak-anak.
”Pada usia ini (3 – 5 tahun-red), pembelajaran terhadap anak masih lekat dengan suasana main-main. Sehingga meskipun namanya sekolah, tetapi suasana permainan masih sangat terasa. Baik dalam cara belajar, metode dan guru pengajarnya sekaligus,” kata Ibu Yasniati, Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Al Ikhlas, di kantornya.
Sehingga terhadap anak-anak ini, hampir semua pelajaran diberikan dalam bentuk permainan. Ditekankan juga bagiamana anak mengenali diri mereka sendiri, teman-temannya dan orang-orang di sekitar mereka. Selain itu, alam dan benda-benda termasuk hal-hal yang harus dipelajari.
Tetapi, jelas dia, semua yang dipelajari kemudian akan dikembalikan kepada siapa dibalik penciptaan semua benda atau orang-orang tersebut. Karena Al Ikhlas adalah sekolah Islam, maka ditanamkan nilai-nilai agama, seperti pembiasaan doa sehari-hari dan surat pendek. ”Ini dilakukan pada setiap kegiatan siswa,” lanjutnya.
Untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran, TK Al Ikhlas menerapkan metode area, dimana kelas terbagi menjadi beberapa area bidang studi sesuai minat siswa. Seperti area matematika bagi siswa yang memiliki minat terhadap ilmu ini. Kemudian ada juga area seni yang mengajarkan tentang bagaimana menciptakan kreasi seni untuk anak-anak usia sekolah TK dan masih banyak lagi area-area yang lainnya.
Selain studi area, lanjut dia, suasana sekolah pun diciptakan sedemikian rupa agar para siswa nyaman dalam belajar. Dengan maksimal 25 siswa per kelas didampingi dua orang pengajar, membuat setiap siswa mendapatkan perhatian cukup. ”Dalam mengajar anak seusia mereka, perhatian itu sangat penting,” katanya.
Perhatian itu, tidak hanya diberikan oleh para pengajar di sekolah. Tetapi juga harus dilakukan oleh orang tua masing-masing. Perhatian dari dua arah ini, akan membuat anak lebih cepat dalam menangkap pelajaran, berani mengungkapkan pendapat dan lebih responsif.
Dalam menyikapi pentingnya peran orang tua, lanjut dia, setiap hari Jumat, sekolah menyediakan waktu untuk ikut memantau perkembangan anak-anaknya. Ini dilakukan dengan mengundang orang tua datang ke sekolah dan melakukan diskusi dengan guru-guru pengajarnya.
Selain itu disediakan juga buku penghubung, sebagai sarana untuk menjembatani antara guru dan orang tua. ”Kalau orang tua tidak sempat datang pada hari Jumat, cukup dengan menulis apa yang ingin diketahui, nanti guru akan balas,” katanya.
Dengan keaktifan orang tua ini, diharapkan perkembangan belajar anak dapat terus dipantau, sehingga sesuai dengan harapan orang tua maupun target yang diinginkan sekolah.
TK Islam Al Ikhlas berdiri sejak tahun 60-an, dimulai dari gagasan ibu-ibu pengajian penghuni komplek P&K Cipete. Kemudian warga Cipete mendirikan masjid, yang bernaung dibawah yayasan Al Ikhlas. Dari sini, tahun 1979 Yayasan Masjid Al Ikhlas mendirikan pendidikan, Taman Kanak-kanak Islam Al Ikhlas. Kemudian berlanjut pada pembentukan Kelompok Bermain (KB) pada tahun 1997, memenuhi desakan masyarakat.
Sebagai sekolah swasta, setiap lima tahun sekali KB/TK Islam Al Ikhlas harus melalui akreditasi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional. Pada tahun 2003, KB/TK Islam Al Ikhlas memperoleh status A. ”Ini merupakan status tertinggi dalam proses akreditasi,” katanya.